Ketahui 6 Ciri Toxic Masculinity dalam Kehidupan Sehari-hari


Dunia telah sarat dengan langkah-langkah patriarki yang mengakar sejak zaman dulu. Saking kuatnya, hal tersebut dianggap lumrah dan memang begitu seharusnya. Sejak kecil contohnya, anak laki-laki selalu menerima pesan yang tersirat untuk menjadi anak yang besar lengan berkuasa, dihentikan menangis dan mesti handal.





Anak lelaki juga tidak boleh bermain atau menjamah mainan mirip boneka serta dihentikan melakukan pekerjaan rumah, sesederhana menyapu atau basuh piring bekas makan sendiri. Tidak abnormal dengan hal semacam itu? Aturan-hukum demikian dianggap lazimsaja, padahal sama dengan melanggengkan patriarki yang nantinya bisa berujung pada toxic masculinity.





Istilah toxic masculinity belakangan juga semakin ramai dibicarakan. Ia menjadi salah satu isu yang kerap disinggung saat bicara perihal patriarki. Lalu seperti apa ciri-ciri toxic masculinity dalam kehidupan sehari-hari dan apa definisi bahwasanya?





Definisi Toxic Masculinity





Definisi dan Asal Istilah Toxic Masculinity_




Seorang psikolog berjulukan Shepherd Bills memakai ungkapan toxic masculinity untuk pertama kali di tahun 1980-an dan 1990-an. Maskulinitas beracun tersebut timbul dari sistem patriarki. Ia digunakan Bills untuk memisahkan serta membedakan sifat atau nilai-nilai negatif dan kasatmata yang dimiliki pria. 





Bills melaksanakan sebuah observasi yang akhirnya menyebutkan bahwa maskulinitas rupanya punya dampak negatif yang mampu merusak hidup lelaki. Pasalnya pada titik tertentu maskulinitas seolah mengharuskan lelaki untuk berlaku lebih mayoritas serta bernafsu biar dihormati.





Dikutip dari aneka macam sumber, sebuah studi yang termuat dalam Journal of School of Psychology menjelaskan definisi toxic masculinity selaku ajang pamer dari sifat-sifat maskulin yang regresif, yang secara sosial punya fungsi mendorong terjadinya dominasi, kekerasan yang absolut, homophobia dan devaluasi kepada perempuan.





Ciri Toxic Masculinity yang Biasa Ditemui Sehari-hari





Menurut penuturan Bills, sebuah fakta mengungkapkan bahwa banyak lelaki merasa tempat untuk kejantanan mereka di dunia terbaru kurang bermaksud. Sehingga untuk menerima dominasinya kembali, lahirlah maskulinitas beracun. Lantas, bagaimana ciri-ciri seseorang ‘terjebak’ dalam toxic masculinity? Untuk mempermudah Anda mengenali dan menghindarinya, berikut ciri yang biasa ditemui sehari-hari.





1. Menangis dan Mengeluh Dianggap Lemah





ciri toxic masculinity_Menangis dan Mengeluh Dianggap Lemah_




Masyarakat patriarki punya standar tersendiri tentang kejantanan. Anda juga niscaya tidak abnormal dengan persyaratan ini, salah satunya yakni jantan mempunyai arti tidak boleh menangis atau mengeluh dan harus selalu berpengaruh. Maka, laki-laki yang menangis dan mengeluh letih terhadap sesuatu akan dianggap lemah. Baca juga fakta tentang menangis selengkapnya.





Kita kerap mendengar usikan bernada merendahkan pada seorang laki-laki yang menangis. Dia dicap cengeng dan tidak jantan oleh lingkungan, khususnya oleh sesama lelaki itu sendiri. Kondisi ini ialah bentuk toxic masculinity yang cukup sering kita temukan sehari-hari, yang berpotensi meracuni dan merusak hidup lelaki.





2. Pantang Melakukan Aktivitas yang Dianggap Punya Perempuan





ciri toxic masculinity_Merasa Pantang Melakukan Aktivitas yang Dianggap Punya Perempuan_




Ciri toxic masculinity dalam kehidupan sehari-hari yang berikutnya ialah merasa pantang melakukan acara yang dianggap milik perempuan. Anda pasti sering atau pernah bertemu dan mengenal lelaki yang serupa sekali enggan melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, menyapu atau basuh piring bekas makan sendiri. Padahal, inilah argumentasi laki-laki harus mampu mengolah makanan.





Dia menilai melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut sama dengan merendahkan harga diri dan martabatnya sebagai seorang lelaki. Anggapan tersebut menjadi racun yang mempunyai efek pada kehidupan sosial atau relevansinya dengan orang lain. Padahal, pekerjaan itu tak ada relevansinya dengan kejantanan. Melakukannya justru menunjukkan bahwa seorang lelaki dapat bertanggung jawab kepada diri dan orang di sekitarnya.





3. Membenarkan Hal Negatif Sebagai Bentuk Kejantanan





ciri toxic masculinity_Membenarkan Hal Negatif Sebagai Bentuk Kejantanan_




Ciri lain dari maskulinitas beracun yang mudah diketahui adalah membenarkan hal negatif selaku bentuk kejantanan. Misalnya ngebut di jalanan yang mampu membahayakan orang lain. Hal negatif semacam itu mereka anggap keren alasannya adalah mempunyai arti mampu mengontrol kecemasan orang lain.





Hal lain yang meresahkan tapi dianggap jantan ialah minum minuman keras hingga hilang kesadaran. Lelaki atau seseorang yang sukses minum hingga mabuk merasakan kesenangan sekaligus lebih yakin diri. Ini disebabkan oleh hormon dopamine yang dilepaskan oleh otak. Itulah sebabnya orang-orang mabuk kerap bertingkah sesukanya tanpa takut apa pun sehingga dianggap keren.





4. Merasa Paling Kuat





ciri toxic masculinity_Merasa Paling Kuat_




Ciri toxic masculinity dalam kehidupan sehari-hari yang selanjutnya yaitu merasa paling berpengaruh hingga mampu mengatur dan mendominasi orang lain. Lelaki yang telah keracunan maskulinitas akan merasa selaku makhluk nomor satu, sehingga merasa pula berhak mengendalikan orang lain. Baginya tak ada yang paling tahu dan paling kuat selain dirinya.





Toxic masculinity dengan ciri mirip ini akan menciptakan seorang laki-laki tidak mau mendengar pertimbangan siapa saja, terlebih dari orang yang beliau nilai lebih lemah, lebih tak berdaya. Baginya dikontrol atau didominasi oleh orang lain mampu terasa selaku bentuk penghinaan atas kejantanan yang dimiliki.





5. Menekan Emosi





ciri toxic masculinity_Menekan Emosi_




Selain melarang dan menilai lemah lelaki yang menangis, toxic masculinity juga menciptakan seorang lelaki berusaha sekuat tenaga menahan emosinya. Menurut mereka, lelaki tak semestinya ekspresif, melainkan mesti tetap cool tanpa memperlihatkan emosi khususnya kesedihan dan yang bersifat menghemat kesan kejantanan.





Emosi yang boleh diperlihatkan cuma marah. Dengan memperlihatkan kemarahan, laki-laki dianggap jantan, berpengaruh atau berkuasa. Jika Anda mengenal seorang lelaki yang selalu tampak baik-baik saja, sekalipun dalam keadaan paling murung, kemungkinan beliau sedang menekan emosinya, kemungkinan ia terjebak dalam toxic masculinity. 





6. Merisak Lelaki yang Dianggap Feminin





ciri toxic masculinity_Merisak Lelaki yang Dianggap Feminin_




Ciri toxic masculinity dalam kehidupan sehari-hari yang selanjutnya ialah kerap melaksanakan perisakan atau menganggap lelaki dengan perilaku dan sifat feminin atau kemayu selaku hal yang tidak layak. Padahal kepribadian setiap orang tidak harus seragam. Ada laki-laki yang kemayu, ada juga wanita yang tomboy, kemudian apa bedanya?





Kecenderungan gaya yang dimiliki seseorang; gaya berbusana, bicara dan gesture bukan takaran yang sempurna untuk menilai kelayakan seseorang. Sayangnya, sebagian masyarakat kita, termasuk para lelakinya, menilai bahwa laki-laki dengan pembawaan demikian tidak jantan bahkan dianggap tidak normal dalam konteks orientasi seksual. 





Bahaya Toxic Masculinity 





Bahaya Toxic Masculinity_




Tuntunan untuk menyanggupi persyaratan jantan yang ‘ditetapkan’ oleh lingkungan membuat maskulinitas jadi beracun. Sayangnya guna menyanggupi hal tersebut, muncul beberapa tindakan atau sikap seperti beberapa point di atas, yang mampu membawa beberapa pengaruh buruk. Seorang lelaki cenderung akan menyanggupi persyaratan tersebut dengan melakukan hal-hal yang potensial membahayakan dirinya atau orang lain.





Selain itu, toxic masculinity juga mampu memberi beban pada lelaki yang tak memenuhi kriteria patokan kejantanan. Racun tersebut dapat menghalangi serta mengekang seorang laki-laki, mirip menahan tangisan atau kesedihan yang berpengaruh buruk bagi kesehatan mental alasannya rentan dengan frustasi. 





Ciri toxic masculinity dalam kehidupan sehari-hari terdengar sangat erat alasannya budaya patriarki yang begitu kental di penduduk . Untuk memutus ini, sebagai bagian dari masyarakat Anda mampu turut berperan. Mulai dari lingkungan terkecil lebih dulu, yaitu keluarga. 





Jika Anda mempunyai anak lelaki, ajarkan ia untuk mengakui emosinya, mengakui kelemahannya. Kenalkan beliau pada perasaannya, tergolong mengenalkan bahwa menangis ialah keperluan insan bukan hanya keperluan perempuan.





Jangan lupa juga untuk mengajarkannya bersikap menghormati semua orang tanpa merendahkan dan merasa hebat. Siap berperan melawan toxic masculinity yang ada di lingkungan kita?


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel